STORY :)

 Coretanku ! :)

  Hadirkan aku sejenak di mimpimu
Izinkan aku terlihat indah sesaat di matamu
Aku yang selalu berharap akan senyummu
Aku yang selalu mencintaimu untuk luka yang perlahan hadir 
hingga mendominasi kehidupan ini menjadisebuah dramaku sendiri
Meskipun berharap suatu saat cintamu akan datang padaku (lagi)

  Menunggumu adalah keputusan bodoh yang menyakitkan ,namun indah untukku rasakan 
Tapi? Bukankah cinta membuat setiap orang bodoh?
Cinta yang datang akan mengalahkan logika yang dipertahankan setiap manusia
Bahagia tidak selalu menjadi alasan cinta itu datang
Aku mencintaimu , dan aku menikmati setiap keperihan yang kau hadirkan semenjak kehadiranmu itu tiba dimasaku

  Sebagaimana hujan yang datang yang tak selalu membawa perasaan dingin dan kaku
Hujan mengajarkanku tenang dalam setiap suasana heningnya
Membawa secangkir ketenangan yang turun bersama gemuruh gigilnya
Begitupun cinta yang membuatku belajar menikmati rasa dalam setiap suasana
Hingga terluka sekalipun

  Kau mengubah segalanya ketika kedatanganmu itu tiba sekian tahun yang lalu
Mengubah pandanganku terhadap hidup bodohku yang dulunya merupakan dongeng 'KLISE' membosankan 
yang kujalani dengan suasana hambar , kini menjadi begitu bervariasi dengan indah bersama segala hal tentangmu
Dan aku merindukan kita , bukan dirimu
Aku merindukan kebersamaan kita dimasa lalu
Masa dimana kita masih saling menyapa
Tertawa riang menyambut setiap hari yang dihadirkan Tuhan
Aku merindukan kenangan tentang kita yang selalu kuharapkan akan terulang 
Meskipun sangat mustahil untuk terjadi
Entah mengapa selalu menjadi harapan yang tak mampu kucegah
Tak mampu dicegah oleh logika , begitu sulit untuk dihapus
Harapan itu seakan tak mampu ku kuasai

  Aku juga merindukan semburat merona yang tak mampu kutemui lagi
Aku merindukan semua tentang kita
Yang hingga kini masih terpampang jelas di memoriku
Yang hadir semenjak beberapa tahun lalu
Yang dimulai dengan debaran yang tak lazim ketika ada sepatah kata yang kau utarakan
Ketika kau menyapaku dengan lembut
Yang tak bisa kudapati lagi darimu
Ketika aku mengenalmu dari berbagai macam caraku , yang tak mampu kulakukan lagi
Karna begitu sakit untuk ku ketahui lebih dalam
Karena sudah ada secarik nama seorang wanita yang bersanding dengan namamu sebagai 'KEKASIH'
Karna itu aku berhenti .
Aku memutuskan mencintaimu dengan memandangimu
Mencintaimu dengan caraku
Mencintaimu dalam diam
Dalam seribu kata yang kubungkus elok di satu ruang kecil yang begitu indah 
yang dinamakan 'HATI'
berjudul 'CINTA'
bercatatan 'TAK TERBALAS'

@DheggCuegg  -CORETAN KISAH TENTANGKU-

 

YA atau TIDAK sama sekali?
pilihan yang tidak menyakitkan untuk dirinya dan diriku !


Ikhlas mana yang harus kupilih?
Ikhlas membiarkanmu bebas?
Ikhlas membiarkanmu pergi?
Ikhlas membiarkanmu meninggalkanku?
Ikhlas menerima perlakuanmu yang seakan terus membuatku nyeri?
ataukah harus ku Ikhlas untuk memberi kasih sayang tanpa meminta balasan?
Ikhlas mana yang bisa kujalani?
yang tidak menyakitkanmu maupun aku sendiri .

Ikhlas menerima keadaan ini?
aku sendiripun tak yakin bisa bertahan.
apalagi kamu .
apakah kamu bahagia?
tapi jika sakit yang melandaku tak kunjung reda,
maka Ikhlas yang kupilih adalah
MERELAKAN HATIMU UNTUK DIMILIKI SELAIN AKU

Meskipun sebenarnya, keikhlasan sudah tak berpihak pada apapun
dan pada siapapun .
Tuhan memberi kita rasa sakit atau patah hati,
pasti punya maksud agar kita tau tentang arti kesetiaan !

@DheggCuegg  -CORETAN KISAH TENTANGKU-






 Good Bye, Mario! -Cerpen-

Sequel kedua dari LOVE HURT!

“Jika ada kesamaan ide cerita, nama, latar dan lain sebagainya itu sebuah ketidak sengajaan. Saya meminta ijin untuk menggunakan nama anak IC. INI HANYA FIKSI! TIDAK NYATA! JUST FOR FUN, GUYS!”


Good Bye, Mario!

Lelaki tampan itu menyusuri koridor rumah sakit dengan wajah yang muram. Di tangannya tergenggam sebuah kertas berwarna putih. Banyak tulisan disana yang mungkin, bagi orang biasa tidak bisa mengerti maksud dari kata-kata itu. Istilah-istilah kedokteran yang begitu sulit untuk diartikan.
Lelaki itu termenung di dalam mobilnya. Ia menatap kertas itu seakan masih tidak percaya. Benaknya terus bertanya-tanya. Bagaimana bisa? Tapi kenapa? Kenapa harus aku? Bagaimana dengan Ify? Aku tak bisa meninggalkannya…
* * *
Ify menyusuri koridor sekolah dengan riang. Senyum tampak terpampang terus-menerus di wajahnya. Hingga sampai di depan kelas XI IPA 5, Ia melihat kekasihnya sedang termenung sendiri di kelas. Senyum yang terkembang tadi memudar. Seakan-akan, Ia mempunyai ikatan batin dengan sang kekasih. Dengan langkah pasti, Ia memasuki kelasnya, menaruh tas hitamnya di atas meja. Setelah itu, di langkahkan kakinya menuju bangku nomor dua dari depan, tempat sang kekasih termenung.
Lelaki hitam manis itu tidak menyadari kehadiran Ify. Ia masih sibuk dengan pikirannya sendiri. Matanya menatap kosong ke arah papan tulis putih. Seakan ada hal yang menarik untuk dilihat.
“Yo…” panggil Ify. Gadis itu memposisikan dirinya di sebelah Rio.
“Rio..”
“Hah? Kenapa Fy?” kaget Rio.
“Kamu kenapa? Ada masalah?” tanya Ify pelan. Dari raut wajah Rio, gadis itu tahu bahwa ada sesuatu yang terjadi pada pemuda itu.
“Eng..enggak kok. Aku baik-baik aja”
“Bener? Kenapa melamun?”
“Enggak apa-apa. Aku cuman suntuk aja, enggak ada kerjaan. Ehm.. ke kantin yuk, Fy? Aku laper nih hehe” kata Rio manja dengan kekehannya yang khas.
“Ya udah, yuk!”
* * *
“Katanya tadi lapar?! Kenapa makanannya cuman di aduk-aduk?” Rio tampak kaget dengan pertanyaan Ify. Bukan apa-apa, tapi pikirannya sedang tidak fokus. Rasa lapar yang di derita perutnya tadi, tiba-tiba hilang.
“Oh iya” Rio seperti orang linglung. Ify sampai terheran-heran melihatnya. Tumben sekali pemuda itu seperti ini.
“Kamu kenapa sih, Yo?”
“Aku enggak apa-apa Ify.. Percaya sama aku” kata Rio menatap Ify dengan lembut. Pemuda itu mencoba untuk memberikan keyakinan bahwa Ia tidak sedang ada masalah.
“Huh.. iya deh, makan lagi sana” kata Ify sembari tersenyum. Rio membalas senyum Ify dengan senyum kecil. Lalu, pemuda itu menyantap makanannya tanpa nafsu. Maafin aku, Fy..
* * *
Alvin menatap handphonenya dengan senyum yang terus terpampang. Sesekali Ia tertawa kecil. Jemari-jemarinya mulai menari di atas keypad handphone.
To Shilla ;
Shil, entar aku mau nemenin Mamaku di RS. Kamu mau ikut?
Setelah itu, Alvin menekan tombol send pada handphonennya. Tak membutuhkan waktu lama, handphone pemuda itu bergetar.
From Shilla ;
Iya, aku temenin kamu . Jangan sedih apin ;”*
Alvin tersenyum kecil mendapat balasan dari kekasihnya.
* * *
Ruangan serba putih mengelilingi pemuda itu. Bulu kuduknya sedikit merinding. Bau obat yang sangat menyengat, seketika menyerbak indera penciumannya, saat pemuda itu membuka pintu berwarna cream.
“Selamat Sore, Dok” sapanya. Lelaki paruh baya yang sedang sibuk menulis sesuatu seketika menengok kearah pintu. Beliau tersenyum mendapati orang yang ditunggu-tunggu sejak tadi akhirnya datang juga.
“Jadi, mana orang tuamu?” tanya Erwin, dokter tadi. Pemuda di depannya tampak menggaruk tengkuknya pelan.
“Mereka lagi di luar negeri, Dok. Yah, seperti kemarin, waktu saya ngambil hasil lab aja, mereka enggak bisa menemani” kata pemuda itu. Erwin hanya mengangguk tanda mengerti. Beliau membuka laci dan mengeluarkan beberapa kertas dari sana.
“Leukimia stadium 3” Erwin menatap kertas yang di genggamnya sendu. Sedikit Ia melirik ke depannya. Pemuda itu tampak menunduk, raut wajahnya menunjukan kepasrahan.
“Kamu sangat belia untuk mengalami penyakit ini” kata Erwin menghela napasnya berat.
“Ada baiknya jika kamu melakukan kemoterapi”
“Enggak, Dok! Bagi saya, kemoterapi gak bakalan nyembuhin penyakit ini. Cepat atau lambat, penyakit ini pasti akan terus menggerogoti tubuh saya!”
“Tapi tidak ada salahnya jika kamu melakukan kemoterapi. Setidaknya, kita bisa mencegah kanker itu agar tidak merambat jauh dalam tubuhmu”
“Tapi itu cuman sebentar aja kan, Dok? Percuma! Saya enggak mau membebani orangtua saya” kata pemuda itu.
“Apa orang tuamu sudah tahu?” Pemuda itu menggeleng pelan.
“Mereka sedang mengurus proyek di luar negeri. Saya takut, setelah saya memberitahu semua ini. Mereka akan sangat khawatir”
“Sebaiknya kamu jujur dengan orangtua mu” kata Erwin menasehati.
“Dan saya harap, kamu bisa mengubah..”
“Enggak! Saya enggak akan merubah apapun. Saya tetap tidak akan menjalani kemoterapi!” Erwin mendesah. Pemuda di depannya itu benar-benar keras kepala.
“Baiklah, jika memang itu keputusanmu. Tapi, kamu harus menebus obat-obat ini, setidaknya bisa mengurangi rasa sakit yang akan menderamu setiap saat”
* * *
“Vin.. Vin.. Itu Rio bukan?” Alvin dan Shilla baru saja keluar dari kamar 305, tempat Mama Alvin di rawat. Mama pemuda itu terkena typus. Saat mereka berdua hendak melangkah menuruni tangga rumah sakit, dari arah berlawanan, tampak seorang pemuda melangkah mendekat dengan kepala tertunduk.
“Yo! Rio!” Pemuda di seberang sana seketika menoleh. Betapa terkejutnya Ia mendapati siapa yang memanggilnya.
“Alvin? Shilla? Kalian ngapain disini?” tanya pemuda tadi yang ternyata adalah Rio.
“Tadi jenguk Mamaku. Kamu sendiri ngapain, Yo?” tanya Alvin heran.
“Oh ..eng.. ada teman SMP ku yang sakit” kata Rio berbohong. Alvin dan Shilla hanya mengangguk mengerti.
“Ify mana, Yo? Tumben enggak sama kamu” tanya Shilla.
“Hehe.. Iya, aku lupa ngajak Ify. Lagian ini mendadak kok, Shil” kata Rio. Berbohong lagi.
“Ya udah, aku duluan ya” Rio menuruni tangga dengan tergesa-gesa, takut ditanyai macam-macam.
“Aneh” gumam Shilla dan Alvin.
“Apa kamu punya pikiran yang sama kaya aku, Vin?” tanya Shilla menatap Alvin.
“Mungkin. Kaya ada sesuatu yang di sembunyi’in Rio. Ah, tapi ya udah lah, kita gak boleh negative thingking”
“Shilla?” sebuah suara mengaggetkan mereka berdua.
“Om Erwin?!” kaget Shilla. Alvin hanya tersenyum kepada lelaki paruh baya di depannya.
“Wah, udah lama enggak ketemu kamu, Shil! Apa kabar? Mama, Papa gimana?” tanya Erwin dengan senyuman.
“Baik, Om. Papa Mama juga sehat kok. Om sendiri?”
“Om juga baik kok. Ini siapa?” tanya Erwin sambil melirik kearah Alvin.
“Eng..kenalin, Ini Alvin” Erwin menjabat tangan Alvin.
“Erwin” Alvin membalas senyuman Erwin.
“Oh iya, Om Erwin kerja disini?” tanya Shilla.
“Iya, Shil. Ini barusan ada urusan sama pasien. Om bingung sama pasien ini, dia punya penyakit leukimia tapi enggak mau di kemo”
“Leukimia? Kasihan banget anak itu, Om. Penderitanya masih kecil?” tanya Alvin. Erwin menggeleng pelan.
“Seumuran kalian. Ya sudah, Om mau ngurus pasien lagi. Titip salam sama keluarga ya, Shil”
“Sip deh, Om” Alvin dan Shillapun menuruni tangga dan menuju parkiran.
* * *
Pagi ini, Rio berjalan dengan lemas. Tadi pagi, kepalanya sangat sakit. Rasanya ingin pecah! Hanya ada pembantunya yang sedang memasak di dapur. Itu pun, Mbak Arum –nama pembantu Rio- tidak mendengar erangan Rio yang berada di kamar.
Sedari tadi, Ify tidak dapat fokus mendengarkan penjelasan Pak Mur. Pasalnya, Ia sangat khawatir dengan Rio. Sejak tadi pagi, pemuda itu tampak pucat dan lemas. Ify sudah bertanya sebenarnya ada apa, tapi Rio hanya menjawab bahwa Ia hanya kurang tidur. Jawaban yang kurang bisa gadis itu terima. Ia tahu, bahwa Rio menyembunyikan sesuatu dari dirinya. Hanya saja, pemuda itu menutup mulut rapat-rapat.
“Pak! Rio mimisan!” pekik Alvin. Ify yang melihat kejadian tersebut segera memberikan tissue pada Rio. Kelaspun menjadi sedikit gaduh. Pak Mur mendekati muridnya itu.
“Rio, apa kamu sehat? Sebaiknya kamu istirahat di UKS” kata Pak Mur. Rio mengangguk lemah. Dengan di tuntun oleh Alvin, pemuda itu melangkah keluar kelas.
“Rio kenapa ya?” desah Ify pelan. Shilla mengelus pundak gadis itu pelan.
“Positive thingking, Fy. Aku yakin, Rio enggak apa-apa”
* * *
Ify bergegas merapikan seluruh peralatan tulisnya. Ia melangkahkan kakinya cepat menuju UKS. Shilla yang berada di belakangnya sampai kewalahan mengejar gadis itu.
“Hosh..hosh..hosh..” Ify mengatur napasnya disamping bed Rio. Jarak kelasnya dengan UKS cukup tergolong jauh.
“Kamu kenapa, Fy? Kaya di kejar setan aja” kata Rio bergurau.
“Aku khawatir sama kamu tau! Gimana Yo? Kok bisa mimisan sih?!” tanya Ify sembari duduk di samping Rio.
“Enggak tahu nih. Kelebihan darah kali” jawab Rio asal.
“Hush! Gak boleh ngomong gitu. Aku enggak suka” kata Ify. Perasaan tak enaknya makin menjadi-jadi.
“Hehe.. iya, maaf deh. Gak lagi-lagi”
“Ekhem… Vin, kayanya ada yang lagi kasmaran nih” goda Shilla kepada Rio dan Ify.
“Iya nih, Shil. Di sekitar aku kaya berasa ada bunga-bunga gitu. So sweet yah” kata Alvin cekikian.
“Kaya kalian enggak aja deh” sungut Ify.
* * *
Shilla melihat-lihat berkas di ruangan Om Erwin. Tentunya, Ia sudah mendapat izin. Hari ini, Ia berencana untuk menyelesaikan tugas Biologi yaitu mencari tahu informasi-informasi penyakit dalam tubuh manusia. Setiap satu anak satu penyakit.
15 menit berlalu. Om Erwin tak kunjung datang. Tadi, beliau sudah bilang kalau Ia akan menangani salah satu pasien di ruang rawat 287. Shilla melirik jam mungil yang melingkar di tangan kirinya.
“Baru jam segini. Enaknya ngapain ya?!” gumam Shilla pelan. Ia merapikan berkas-berkas yang tadi Ia baca. Semua berisi tentang data diri pasien.
“Eh?!” Shilla mengambil sebuah map biru yang berisi beberapa kertas. Tadi, Ia belum sempat membuka isi dari map tersebut.
“Hah?” Shilla membaca kertas itu berulang-ulang. Walaupun Ia bukan seorang dokter, setidaknya Ia bisa mengenal beberapa istilah yang ada di kertas tersebut.
“Maaf, Shil. Om baru datang” kata Erwin yang tiba-tiba saja muncul di balik pintu.
“Enggak apa-apa kok, Om” kata Shilla tersenyum. Matanya kembali menelusuri setiap kata yang ada di kertas itu.
“Jadi, apa yang bisa Om bantu?”
“Sebentar, Om. Soal data pasien yang ini” Shilla menyodorkan kertas yang di genggamnya kepada Erwin.
“Oh, Mario? Dia pasien Om yang terkena leukimia stadium 3”
“Hah? Ma..Mario Aditya?” kaget Shilla. Erwin mengangguk pelan.
“Apa dia sekolah di SMA Bangsa? Kelas 11? Benar gak Om?”
“Ya, kalau tidak salah. Dia juga seumuranmu, Shil” Shilla menatap Erwin tidak percaya.
“Eng.. Om bisa ngasih ciri-ciri anak itu? Please” kata Shilla memohon. Dengan raut yang sedikit bingung, Erwin menjelaskan ciri-ciri Mario.
“Anaknya tinggi, hitam manis. Kalau enggak salah, dia juga pake gelang. Memang kenapa, Shil? Kamu kenal?”
“Enggak salah lagi” gumam Shilla. Ia segera pamit dan menuju rumah Alvin. Meninggalkan Erwin dengan segudang pertanyaan.
* * *
“Kamu yakin, Shil?” Mendengar cerita Shilla, Alvin tampak terkejut. Bagaimana bisa?!
“Iya, Vin! Om aku yang ngasih tau” kata Shilla. Alvin merogoh handphonenya yang tiba-tiba berdering.
“Halo?” sapa Alvin.
“APA?” Alvin tampak terkejut dengan apa yang di dengarkannya. Shilla yang berada di sampingnya tampak was-was.
“Iya, Bik. Alvin kesana”
“Kenapa, Vin?” tanya Shilla begitu Alvin menutup sambungan teleponnya.
“Rio pingsan, Shil! Kita harus cepat ke rumahnya sekarang!”
“Astaga! Kenapa jadi kaya gini?! Apa kita perlu hubungin Ify?”
“Sebaiknya nanti aja, kita harus cepat ke rumah Rio”
* * *
Ify menatap handphonenya lesu. Tumben sekali Rio tak menghubunginya. Biasanya, hari Minggu begini, kekasihnya itu pasti mengunjungi rumahnya walau hanya sekedar iseng dan alasan kangen. Jika tidak, biasanya Rio menghubunginya. Tapi hari ini tidak.
Alunan music twenty two yang dipopulerkan oleh Taylor Swift membuyarkan lamunannya. Ify segera mengangkat telepon itu. Kabar buruk! Ia mendapat sebuah kabar yang mencengangkan baginya. Tak terasa, handphone yang di genggamnya jatuh. Ia mengambil kunci mobilnya dan segera pergi ke alamat yang sudah di berikan oleh sang penelepon tadi. Perasaan kalut menguasainya saat ini.
* * *
Shilla dan Alvin menunggu di ruang tunggu di depan UGD. 5 menit yang lalu, Shilla sudah menelepon Ify dan menyuruh gadis itu untuk segera ke RS. Mitra, tempat Rio sekarang berada.
“Shilla!” panggil seseorang dari ujung lorong rumah sakit. Shilla segera berlari kearah Ify dan memeluknya.
“Yang sabar, Fy” Ify terisak di pelukan sahabatnya itu.
“Shil, jelasin ke aku, Rio kenapa? Kenapa dia sampai kaya gini?” histeris Ify. Shilla menuntun gadis itu untuk duduk di sebuah kursi panjang. Saat itu juga, Alvin menghampiri mereka berdua.
“Rio.. Rio..” Shilla bingung harus menjelaskannya darimana. Ia menatap Alvin, seolah menyuruh pemuda itu menjelaskan semuanya.
“Rio leukimia, Fy” kata Alvin pelan. Ify menutup mulutnya. Air matanya mengalir semakin deras.
“Enggak.. enggak mungkin! Shil, bilang kalau semuanya bohong! Bilang, Shil!” Shilla hanya diam dan menunduk. Tak tega melihat sahabatnya terisak.
“Alvin jawab aku! Semuanya bohong kan? Iya kan, Vin? Jawab aku.. hiks.. hiks…” Tubuh Ify bergetar hebat. Ia masih belum percaya atas semuanya.
“Bilang kalau semuanya bohong” kata Ify lirih.
“Kalian bohong kan? Rio enggak ada bilang apa-apa ke aku! Ini salah satu rencana kalian untuk ngerjain aku kan? Pasti semua ini cuman april mop , iya kan?” kata Ify mencoba untuk tidak mempercayai semuanya. Jelas-jelas ini bulan September, mana mungkin ada april mop.
“Fy.. kamu yang sabar, mending kita berdoa ya buat kesembuhan Rio” kata Shilla yang mulai menitikan air matanya.
* * *
Titt…titt…titt.. Siapa saja yang mendengar alat pendeteksi jantung ini pasti akan merasa merinding. Ify, Shilla dan Alvin memasuki ruangan Rio dengan langkah yang tersendat-sendat.
“Ri..o” panggil Ify pelan. Gadis itu menarik kursi dan mendudukan dirinya di sebelah ranjang.
“I..Ify..”
“Iya, Yo? Aku disini” Dengan sekuat tenaga Ify menahan airmatanya agar tidak menetes sedikitpun.
“Hy Vin.. Hy Shil” sapa Rio kepada dua sahabatnya. Alvin dan Shilla hanya tersenyum tipis, tak tega melihat keadaan sahabatnya yang begitu memprihatinkan.
“Ify, pasti kamu udah tahu soal penyakit aku kan?” Ify mengangguk pelan.
“Kenapa kamu enggak jujur, Yo?”
“Aku enggak mau buat kamu sedih, Fy. Lihat deh wajah kamu, kusut banget hehe. Kalau kamu tahu, pasti setiap waktu kamu akan sedih dan khawatirin aku”
“Kenapa enggak ngambil kemoterapi, Yo?” tanya Alvin.
“Enggak ada guna juga, Vin. Cepat atau lambat aku juga akan pergi” Ify menggelengkan kepalanya.
“Jangan ngomong gitu, Yo. Jangan tinggalin aku” kata Ify mulai terisak.
“Ssstt.. Ify, kamu jangan nangis. Aku akan selalu ada di hati kamu” kata Rio sembari tersenyum.
“Alvin, aku minta tolong jagain Ify sebagai pengganti aku ya. Anggap dia seperti adikmu sendiri. Dan tetaplah jaga Shilla, gadis yang kamu cintai” lanjut Rio.
“Shil, tetap jaga hati kamu buat Alvin. Jangan sampai kepincut sama kakak kelas ya hehe” kata Rio bergurau. Shilla hanya tertawa paksa.
“Ify, aku boleh minta satu hal lagi?” tanya Rio. Ify hanya bisa mengangguk.
“Kamu mau kan, nyanyi dengan piano di sebelahku nanti?” Ify mengangguk lagi sembari terisak kecil.
“Janji, jangan pernah nangis’in aku lagi? Aku suka senyuman kamu, bukan airmata kamu” kata Rio sembari menghapus airmata Ify.
“Aku minta maaf kalau ada salah sama kalian semua. Titip salam sama yang lainnya dan sama orangtuaku juga ya” Ify menggenggam tangan Rio erat. Dingin. Sangat dingin. Dia, telah pergi.
* * *
Ify melangkah menuju sebuah grand piano putih. Dengan tubuh yang sedikit gemetar, Ia menekan tuts-tuts hitam putih yang ada di piano tersebut. Dengan susah payah Ia menahan airmatanya agar tidak mengalir. Terngiang lagi permintaan terakhir dari Rio. Janji, jangan pernah nangis’in aku lagi? Aku suka senyuman kamu, bukan airmata kamu…
Ku iringi langkahmu sampai ke akhir jalan
Sungguh berat terasa menyadari semua
Di saat terakhirku menatap wajah itu
Terpejam kedua mata dan terbang selamanya …
Sesekali Ify menatap Rio yang ada di depannya. Tertidur dengan senyuman tulus yang terpampang di wajah manisnya.
Inginku mengejar dirimu
Menggenggam erat tanganmu
Sungguh ku tak rela…
Sungguh, lagu ini menggambarkan apa yang sedang Ify rasakan. Ia belum rela melepaskan kepergian Rio. Semuanya terasa begitu cepat.
Ku tahu kau tak tersenyum melihatku menangis
Maka sekuat tenagaku ku relakan saat kepergianmu…
Di saat terakhirku menatap wajah itu
Terpejam kedua mata dan terbang selamanya..
Bayangan-bayangan saat pertama kali Ify mengaggumi Rio, disaat Ia kecewa karena cintanya bertepuk sebelah tangan hingga sebuah penembakan tak terduga.
Takkan pernah ku lupakan dirimu
Takkan sanggup ku lupakan semua…
“Rio… Aku tahu waktu kita emang enggak banyak. Mungkin, setelah ini aku enggak pernah akan lagi ngelihat senyumanmu, tawamu, wajahmu, tapi semua kenangan kita akan selalu aku kenang. Sampai kapanpun, esok, dua hari lagi, seminggu lagi, sebulan, setahun lagi, I will always love you, Mario!”

THE END
@DheggCuegg

Sumber Of  @Manik Purnama 





Semua Tentang Kita -Cerpen-

|| Karya Putri Ayu Paundan ||

Namaku natasya, aku pernah mencintai seseorang dengan tulus. Tapi, semua ketulusan cintaku padanya berakhir sia-sia.
“Natasya, jangan sedih terus dong. Senyuum.” kata sahabatku dewi sambil mencari tisu di meja rias kamarku
“gue gak bisa dew, gue ga terima dia ninggalin gue, pergi gitu aja tanpa pamit.”
Arya adalah seorang cowok yang sangat aku sayangi, dia pergi meninggalkanku tanpa alasan. Akupun baru tau kepergiannya setelah sehari dia pergi. Dia juga tak pernah mengabariku kenapa ia pergi. Yang ku tau, Arya harus meninggalkan sekolah lamanya bersamaku karna dia di tuntut kedua orang tuanya untuk tinggal di pesantren , tepatnya di daerah lampung. Akupun terpukul mendengarnya.
“sya, lo gak bisa terus-terusan mikirin arya kaya gini. Dia itu gamau bilang kepergiannya karna dia gamau liat lo sedih. Coba kalo dia tau lo sedih kaya gini. Gimana sya.”
“tapi gue kecewa banget wi, lo ga ngerti perasaan gue.”
Sehari sebelum arya pergi, teman-teman sekelasku sebenarnya sudah tau akan kabar bahwa arya akan pindah dari sekolah. Tapi arya melarang mereka semua untuk memberitahuku dan merahasiakan semuanya. Ini juga karena arya gak ingin buat aku bersedih. Tapi justru malah sebaliknya .
***

Seminggupun berlalu, aku masih belum bisa menerima semua ini. Disekolah rasanya sepi tak ada arya di sisiku yang biasanya setiap hari menyapaku, tertawa bersama. Arya juga tak pernah mengabariku dia menghilang begitu saja. Sampai sekarang aku belum bisa memaafkannya sebelum aku tau alasannya mengapa dia tak memberitahuku tentang kepergian dan kepindahannya ke lampung. Aku mencoba melupakannya tapi aku tak bisa, perasaan ini menyiksaku. Semakin aku mencoba melupakannya, semakin aku tak bisa menghapus kenangan Arya dari hatiku.
“sya, maafin gue ya gue gak bilang sama lo . sebenernya gue udah tau Arya mau pindah dari sekolah, tapi Arya ngelarang gue buat bilang sama lo, katanya dia gak mau buat lo sedih. Lo pasti bisa dapetin yang lebih dari dia. Itu pesan arya buat lo.” Kata eza sahabatnya arya.
Saat eza bilang semua itu kepadaku entah mengapa, hatiku gak bisa menerimanya. Aku menyayangi arya, hanya arya yang selalu ada di hatiku, dan dia yang terbaik untukku. Itu menurutku.
“lo jahat za, kenapa lo gak bilang sama gue dan harusnya lo tuh ngerti.”
“iya, maafin gue sya. Gue salah, tapi mau gimana lagi arya udah pergi dan asal lo tau sya. Dia sayang banget sama lo. Dia sebenernya gamau pindah, tapi karna desakan orang tuanya dia pindah ke pesantren.”
“ gue kecewa za sama dia. Kenapa dia gak bilang dari awal?”kataku lemas
Aku meninggalkan eza yang masih diam membisu diambang pintu kelasku. Aku gak mau mendengar semuanya lagi. Aku udah cukup kecewa dengan semua ini. andaikan waktu bisa berhenti berputar untuk saat ini, aku ingin kembali dan melihat arya untuk terakhir kali.
***

Pagi hari di kelas,
Seiring berjalannya waktu meskipun arya tak pernah mengabariku, dan mungkin dia sudah lupa denganku. Yaa, begitupun aku masih terus mencoba melupakannya. Hari-demi hari kujalani semuanya seperti normal dulu sebelum arya pindah dari sekolah ini. Aku hanya bisa mencoba untuk ikhlas dengan yang ku jalani sekarang. Andaikan ini semua mimpi, aku tak mau ini semua akan terjadi. Tetapi apa daya semuanya bukan mimpi, ini nyata.
“sya...” panggil seseorang dari tempat duduk belakang dan ternyata itu eza , dia berjalan menghampiriku
“apaan za?’’ kataku
“sya, kemaren arya chat gue nanyain lo.”
“terus?”
“kok terus?”
“iyaa, terus kenapa? Apa urusannya sama gue?”
“adalah ”
“apaan?” tanyaku sinis
“dia masi nungguin lo.”
“oh.” Jawabku singkat
“dih ngeselin nih anak, emang lo gamau tau kabarnya dia?”
“ah gatau gue, gue bingung sama dia , dia bilang sayang sama gue tapi apaan ninggalin gue gitu aja dan udah seminggu lebih gue gatau kabarnya.”
“yaa lo tanya lah kabarnya gimana?”
“ngapain ah za, gue cewek gengsi kali nanya ke cowo duluan.” Kataku agak jengkel
“gue bingung ama lo berdua, lo sama arya sama-sama sayang, tapi gak ada yang mau mulai duluan. Gimana kalian mau jadian kalo sama-sama gengsi. Cinta, tapi munafik. ”
“harusnya dialah, minta maaf enggak , kabarin gue juga enggak. Kalo gue disuruh milih untuk kenal sama dia atau gak, gue akan lebih milih enggak dari pada gue harus sakit hati kaya gini akhirnya...gue malah kecewa banget.”
“yaaa, kemaren dia nanyain kabar lo, ya gue jawab lo sedih banget dia pindah.”
“lo jujur amat si za, aaaah tau deh.”
***

Hari terus berganti, meninggalkan semua kisah yang ada begitupun kisah ku dengan arya , aku bertekat untuk melupakannya. Aku udah cukup kecewa dengan semua ini. Setiap kali aku berdoa, mendoakannya untuk kembali bersama ku lagi seperti dulu tapi itu semua tak mungkin. Aku memang mencintai arya, tetapi tak pernah arya jujur akan rasa sayang dan cintanya kepadaku, selalu eza yang bilang kepadaku setiap kali arya curhat kepadanya. Aku bingung dengan semua ini, mencintai seseorang tanpa sebuah kepastian yang pasti.

    Tuhan..... jika memang dia yang terbaik untukku, jagalah dia disana tuhan...
    Jagalah hatinya untukku, dan jagalah hatiku untuknya...
    Aku disini hanya bisa mendoakannya, melihat nya dari kejauhan...
    Ini berat untuk ku jalani Tuhan... jauh dari seseorang yang aku sayangi.....
    Aku menyayangi dan mencintainya... tabahkan hatiku Tuhan...
    Tuhan .. hanya satu pintaku, jagalah iya saat aku jauh dari sisinya.... :’)

Setiap malam setiap ada kesempatan aku berdoa dan menangis, akankah cintaku padanya akan kembali seperti dahulu menjalani hari-hari dengan penuh canda maupun tawa. Cinta ini membunuhku...kau adalah mimpi takkan pernah ku gapai.
***

Sebentar lagi liburan semester tiba, 6 bulan sudah berlalu. Sebenarnya momen-momen itulah yang selama ini ku tunggu. Karna liburan sekolah Arya pasti pulang ke Jakarta dan ada kemungkinan kita akan bertemu lagi. Tetapi , mendengar kabar kalo Arya pasti akan pulang ke Jakarta hatiku biasa saja. Tidak ada getaran-getaran seperti dulu saat aku bersamanya, mungkin karena selama 6 bulan ini aku sudah terbiasa tanpanya, yaa meskipun awalannya aku sangat terpukul dan kecewa juga sedih. Tapi sekarang aku sudah mempunyai seseorang yang bisa menggantikan hati Arya di hatiku yaitu Aka sudah 6 bulan juga aku mengenalnya. Aka datang di kehidupanku ketika hatiku sedang hampa dan kosong tanpa arah. Dia menyembuhkan luka di hatiku, awalnya aku memang tak bisa melupakan Arya karna bagaimanapun juga Arya akan selalu tinggal di hatiku. Saat kepergian Arya, Aka lah yang selalu menemani hari sepiku selama 6 bulan aku mengenal Aka, bagiku dia adalah seorang cowok yang baik , pengertian, dan sabar. Sudah 3 kali Aka menyatakan perasaannya padaku , tetapi tak pernah ku jawab aku hanya bilang kepada aka kalo aku masih mengejar sesuatu. Aka pun mengerti, walaupun dia tak pernah tau aku masih menunggu seseorang , yaitu Arya. Dan Aka masih setia menunggu hatiku. Dan akupun janji akan menjawabnya, aku menerima cintanya atau tidak saat ulang tahun Aka nanti.
***

Pagi di sekolah,
“besok kita bagi rapot sya.” Kata dewi sahabatku
“iya , gue takut nih jadinya masuk jurusan apa wi.”
“udah yakin lo pasti IPA. “
“yaa mudah-mudahan aja kalo kita bisa satu kelas lagi, lo IPA dan gue juga.”
“amiin.”
“haaai semua.” Sapa eza sambil duduk di sebelahku
“apaan si za, JB JB aje.” Kata ku
“hahaha.... lagi ngomongin apaan si? Serius amat?” eza tertawa pelan
“jurusan za...” kata dewi
“oh gitu yaa... lo pasti mah IPA, kalo gue sih maunya IPS.”
“yaa amin-amin mudah-mudahan kita masuk yaa.” Kataku
“iyaa amin .” kata mereka berdua
“eh sya, btw gimana perasaan lo sekarang sama Arya?”tanya eza kepadaku
“yaaah, lo ngomongin Arya lagi.” Jawabku lemes
“dia selau nanyain keadaan lo sama gue sya, ya gue jawab lo baik. Arya juga bilang kenapa dia gak nembak lo. Katanya dia , dia gamau nyakitin lo lagi emangnya lo mau pacaran jarak jauh sama Arya? Arya takut lo nolak dia, kalopun lo nerima dia, kasian elo nya arya gak pernah ada di samping lo . lo tau kan pesantren gimana? Dia pulang juga pas liburan.”
“yaaa.. gue tau. Status menurut gue gak penting. Yang gue mau komitmen za. Kepastian. Dia sayang sama gue tapi dia gak pernah bilang ataupun jujur sama persaannya sama gue. Gimana gue mau percaya sama dia, bisa aja kan dia pacaran disana atau udah punya cewek pengganti gue? Gue yakin za. lagian 6 bulan udah berlalu. Gue mungkin bisa lupain dia, tapi gue gak akan bisa ngelupain semua kenangan tentang kita”
“oh iya, liburan dia kesini sya. Dia pengen ketemu sama lo.”
“gue gamau lah za, udah cukup yang dulu2 gue gamau nantinya keinget dia lagi. Sekarang gue udah punya yang lain, meskipun gue belum jadian sama dia. Tapi kita udah deket semenjak Arya ninggalin gue.”
“siapa?” tanya eza
“aka namanya za, dia ganteng putih jago main basket dan juga jago futsal.” Kata dewi yang menambah pembicaraan suasana menjadi semakin hangat
“serius lo sya?” tanya eza tak percaya
“iya, gue serius dan suatu saat kita pasti akan jadian.” Kataku padanya
“jujur nih gue sya sama lo Arya disana banyak yang nembak dan banyak yang sukain. Lo mau tau semua cewek yang nembak dia banyak, terus dia tolak. Adapun anak SD nembak dia, dan katanya mirip sama lo.”
“terus di terima?” kata dewi sahabat ku, yang duduk di sampingku sembari membaca novel
“gue belom tau kabarnya. setau gue sih dia belum jawab mau nerima tu cewek apa enggak.”
# Bel pun berbunyi
***

Pagi hari,
Hari ini adalah hari yang ku tunggu-tunggu mama ku sudah bersiap-siap untuk mengambil rapotku. ketika sampai di sekolah , aku berpapasan dengan eza. eza tak melihatku mungkin dia gak sadar seseorang yang berpapasan dengannya itu aku. Setelah pembagian hasil rapot selesai ternyata alhamdullilah akhirnya aku masuk jurusan IPA, jurusan yang selama ini aku cari dan sudah aku rencanakan.
“sya, tar abis bagi rapot main yuk.” Kata sari teman dekatku
“okeey, siapa aja?” tanyaku
“banyak lah. Pokoknya.”
“okedeh.”
“lo udah bagi rapot?” tanyanya
“udah nih,”
“wesss... ipa nih ye. Slamet yaa.”
“lo emang belom?” tanyaku
“belom, tar abis ini.”
“oh okey, emng kita mau main apa?”
“main UNO aja, hehe lo bawa uno?”
“kagak sii, yaudah gue balik dulu yaa..tar samper gue aja.”
***

Siang hari,
“natasya, ayok berangkat main.. anak-anak udah pada ngumpul. Jangan lupa uno nya.”
Aku naik motor di jemput oleh teman dekat ku sari. Setelah beberapa menit sampai di rumah sabi, akhirnya kita semua main UNO
“sabi, si eza gak dateng?”
“gatau sya, katanya mau pergi.”
Sabi adalah teman deketku juga , karna rumahnya adalah basecame kami, tempat kami berkumpul dan bercanda bareng
Tak lama sambil kita memainkan UNO , ada suara motor berhenti di rumah sabi. Ici temen ku keluar dan membuka pintu. Ku lihat dari arah jendela ternyata eza, tetapi disana ada seseorang lagi. Memakai helm dan sepertinya aku mengenalnya, Cuma dari jendela tidak terlalu kelihatan. Seseorang itu melepas helm nya dan ternyata... OMG ! batinku...... ternyata seseorang itu adalah...
“sya, ada Arya tuh.”
“hah ? serius lo sab?”
“iya serius gue, tuh anaknya kesini kan.”
Oh Tuhaan.... apa salahku, aku tak ingin bertemu dengannya. Tetapi sekarang kita malah di pertemukan. Apa ini takdirku Tuhan.. untuk bertemu dia lagi. Deg..... tiba-tiba saja terasa jantungku berhenti, getaran ini sudah lama tak kurasakan. Sangat berbeda sekali bila aku dekat dengan aka, tidak ada getaran seperti ini. ada apa ini?” batinku
“sorry sya, dari awal kita semua sudah ngerencanain ini, untuk nemuin lo sama Arya.”
Aku dan arya hanya tersenyum tipis. Tapi aneh sikapnya Arya, dia bener-bener berubah. Dia tak menyapaku. Bahkan menegurku itupun tidak. Apa yang terjadi Tuhan batinku. Apa dia sudah menemukan yang lain? Entahlah.... selama kita semua ngobrol, tetapi aku dan arya tidak juga saling tegur sapa, kenal.. tapi kaya ga kenal.. Arya seperti orang asing dalam hidupku.
“sya, arya kalian berdua diem aja..” ledek mereka
“ayodong kangen-kangenan apa kek gitu?” kata ici teman dekatku yang juga ikut meledek
“tau lo ya, udah ada orangnya malah di cuekin. Giliran ga ada malah nyariin.”ledek eza
“apaansih lo za, gajelas.” Jawabku sinis
“yee lo berdua tuh cinta, tapi munafik. Sama-sama cinta tapi malu-malu gak ada yang mau mulai duluan. Gininih jadinya cuek-cuekan kalo ketemu.”
Kenapa harus gue yang mulai duluan apa musti gue yang negur duluan? Siapa yang buat salah ? gue kah? Atau dia? Yang ninggalin gue siapa? Yang buat gue sedih siapa? Yang buat gue kecewa dan sakit hati siapa? Harusnya lo sadar Arya ! batinku meringis.
“yaudah lah za, kalo mereka emang mau diem-dieman.” Kata sabi
Aku hanya tersenyum ke arah mereka yang menatapku juga Arya. Setiap kali aku memergoki arya melirikku, dan aku juga meliriknya batinku nangis apa iya arya gak kangen sama aku, atau minta maaf? Tapi apa nyatanya... itu tidak sama sekali !! yang ku lihat dari sorotan matanya masih ada cinta dan rindu dihatinya. Akupun merasakan itu. Tatapannya, masih seperti dulu, dingin tetapi penuh arti dari sorotan matanya penuh keteduhan. Andai saja tatapan ini bisa membunuh, mungkin aku sudah terkapar olehnya.
Akhirnya kita semua main UNO , mainan yang biasa kita mainin kalo gak ada mainan yang bisa dimainin . kita anak SMA tetapi masih main kartu UNO, yaa walaupun UNO buat semua umur. Eza pun membagikan kartu UNO nya. Dan kita semua main. Ternyata seiring berjalannya waktu, pertama sari keluar menang, disusul sabi, disusul eza, dan yang terakhir ici, yang salalu main UNO keringetan. Main UNO aja kok keringetan? Dan yang tersisa hanya aku dan aray. Permainan semakin menegang. Belom ada kepastian siapa yang menang aku ataupun aray.
“ayodong menangin sya.” Teman-temanku menyemangatiku. Begitupun aray yang sibuk dengan kartu-kartunya .
“udeh lo pasti menang deh ray.” Kata eza yang malah membela aray di banding aku
“eh belom tentuu.” Kataku , daaaannnn.....
“UNO ! “ aray mengucapkan kata itu bentar lagi dia menang karna kartunya tinggal satu 4+ ternyata.”
aku pun kalah saat permainan itu. Tapi taapalah ini hanya sebuah permainan, akhirnya kita semua tertawa bersama.
bahagia itu sederhana ... walaupun aku dan aray tak saling tegur sapa bahkan saat bermain aray tak juga menatapku. Tetapi dengan melihat aray tersenyum atas kemenangannya padaku. Aku sudah senang.” #Bahagiaitusederhana aku mungkin saja melupakanmu ketika kau pergi, dan jauh disana..tetapi cinta, perasaan kembali ada ketika kau datang
waktu sudah menunjukan pukul 4 sore. Karna hari sudah sore akhinya kita semua memutuskan untuk pulang. Pertemuan yang sangat singkat antara aku dan juga Aray. Sampai pulang kita berdua juga gak ngobrol dan saling cuek-cuekan. Yaa... itulah aray dingin dan sangat cuek
***

Malam ,
Aku masih teringat pertemuan singkat tadi siang. Ini semua seperti mimpi ataukah aku bermimpi?? Sambil memeluk boneka dan tepar di atas kasur aku memutar kembali saat 6 bulan yang lalu , saat aray meninggalkanku, dan pergi begitu saja tanpa kabar. Dan sekarang dia ada disini menemuiku. Aku tak mengerti apa maksudnya
dret.. dret... ponselku bergetar, tanda sms masuk dan ternyata itu dari Aka.
“natasya.. malem.. apa kabar?”
“hei, baik kok Aka.”
“oh gitu syukur deh.”
“besok bisakan dateng kerumah Aka sya?”
Ya Tuhan.. aku lupa besok tanggal 26 adalah hari ulang tahunnya Aka. Untung saja aku sudah menyiapkan kado untuknya jauh-jauh hari.
“okey, besok natasya dateng kok.”
“mau aka jemput?”
“okeh” diakhiri percakapan pendek itu di sms dan akupun tertidur
***

Esok hari,
Jam 10:00 aka sudah sampai di depan pager rumahku. Aku pun pergi kerumahnya di boncengin naik motor satria nya. Di perjalanan dan di pikiranku kosong, entah apa yang aku fikirkan dan akhirnya setelah beberapa menit di perjalanan kita pun sampai di perumahan blok A rumahnya Aka, disana sudah banyak temen-temennya yang berkumpul. Juga sahabat ku putri.
“ka. Ini kado buat kamu.”
“yaampun natasya, pake repot-repot.”
“yaa.. gpp kkok.”
Kado yang aku berikan untuk Aka adalah angsa-angsaan biru hasil karya ku sendiri, juga striminan yang bertulisan namanya dan hari ulang tahunnya
“Heemm ikut aku bentar yuk,” tanganku di gandeng aka ke arah taman komplek dekat rumahnya. Aku tak mengerti apa maksudnya. Terlintas tiba-tiba di fikiranku. Aku lupa kalo aku berjanji akan menjawabnya iya atau tidak untuk menjadi pacarnya.
“heem.. mau ngapain ya ka?” tanyaku terbata-bata aku masih tidak tau harus menjawab iya atau tidak untuk menerimanya.
“adadeh.” Jawab aka
Sesampainya di taman yang indah dan penuh bunga berwarna-warni disana terpampang bunga matahari yang menjulang tinggi juga pohon anggur di sekeliling taman. Di temani teman-teman aka juga putri sahabatku. Karna dialah aku bisa kenal dengan aka, setelah kepergian Arya 6 bulan yang lalu. Di tengah lapangan Aka melepaskan gandengannya.
“natasya, bagaimana dengan jawaban kamu ?”
“jawaban? Jawaban apa?” aku pura-pura tak ingat
“jawaban, apa kamu nerima aku? Atau tidak.”
Jleeeeeeebbbbb................
Ternyata Aka benar menagih janji itu. Aku tak tau kenapa bisa jadi begini. Awalnya aku memang sudah hampir bisa MOVE-ON dari arya, tapi apa? Arya datang kembali di kehidupanku. Menemuiku walaupun itu tidak sengaja bertemu. Tapi apa daya, Aka cowok yang selama ini 6 bulan aku gantungi perasaannya masa iya aku tolak. Cinta diantara dua hati itu tidak mungkin! Aku mencintai arya juga aka..
“natasya, kok diem?” tanya aka
“hah? Iya...apa?” kataku terbata-bata
Temen-temen aka yang menonton dan menyaksikan itu mereka semua menyoraki kita berdua... terima...... terima....... aku bingung saat itu.
“kamu nerima aku atau tidak natasya... aku sayang kamu.” Di raih nya tanganku
Setelah beberapa menit aku berfikir, akhirnya
“iya Aka, Aku terima.”entah apa yang ku fikirkan tak sengaja aku mengucapkan kata-kata itu, terlambat sudah......
Yeeeeyyyy jadiaaaaan sorak mereka tambah ramai. Orang-orang yang ada di area taman bingung karena saat itu teman-temannya aka berisik dan rame. Meskipun saat itu aku malu. Aku memutuskan untuk menerima aka karna aku juga suka sama dia , walaupun aku masih mengharapkan arya untuk menjadi kekasihku. Tapi itu semua tidak mungkin , arya hanyalah mimpi bagiku takkan pernah ku memilikinya.
“makasih natasyaaaa..... ini boneka taddy bear buat kamu”
“iya... makasih yaa aka.”
Aku tak menyangka akhirnya aku jadian juga sama aka, bertepatan dengan ulang tahunnya. Dia memberiku boneka taddy bear berwarna warna pink, Teman-teman aka juga memberi memberi selamat ke kita berdua. Taman itu menjadi saksi cinta kita berdua.
***

Kejadian kemarin telah berlalu. Kini aku sudah menjadi milik orang lain . aku mungkin bisa belajar untuk menyayangi aka, namun mungkin tak sepenuhnya karna aku masih mengharapkan cintanya arya entah sampai kapan.
Baru sehari kami berdua jadian, berita itu sudah menyebar sampai ke kuping teman-temanku terutama arya. Arya sudah mengetahui kalo aku sudah jadian , arya pun syok mendengar kabar tersebut yang datangnya dari eza. Eza adalah sahabatku sekaligus sahabat dan teman curhatnya arya . jadi apapun yang terjadi denganku pasti eza tau, dan bakal lapor ke arya.
Ponselku tiba-tiba berdering , ternyata ada tlp dari ici sahabatku.
“halo?” sapanya
“iya ci, tumben tlp ada apa?” tanyaku
“gpp, Cuma mau mastiin aja.”
“apa?”
“lo beneran jadian sama aka? Cowok yang sering lo ceritain itu ke gue?.”
“iya ci.”
“selamet ya sayang.”
“eh iya makasih.”
“oh iya, arya udah tau lo jadian?”
“udah, sepertinya dari eza.”
“iya, gue juga tau dari si eza . Kirain itu boongan ternyata beneran.”
“iya, itu semua bener. Gue jadian kemaren tanggal 26 pas ulang tahunnya ci.”
“hmmm... lo udah tau kalo arya nyusul jadian setelah lo jadian sama aka?”
“apa..?” Aku tersentak kaget . tak sengaja ponselku ku banting ke arah tempat tidur, dan untungnya tidak ke lantai, ku ambil lagi dan kudengarkan apa yang sebenarnya terjadi.
“halo sya?”
“ya maaf, tadi hp gue jatoh. Gue kaget abisnya.” Jantungku tiba-tiba saja terasa sesak dan sakit entah kenapa , aku tak mengerti
“jadi gini, hari ini arya jadian sya”
Deeeg......serangan itu kembali ada
“gak, gue gak tau? Emang dia hari ini jadian? Sama siapa?
“sama anak sana yang katanya mirip sama lo, namanya evina.”
“evina? Semoga dia bahagia.” Ku akhiri percakapan itu , walau singkat tapi menyakitkan bagiku.
sungguh aku tak percaya, dan hari ini tanggal 27, ternyata hari ini jugalah arya jadian sama pacarnya evina. Aku tak mengerti apa maksudnya aray dengan semua ini. Ataukah evina yang katanya mirip denganku itu Cuma sebagai pelampiasannya saja?ataukah arya bener-benar menyayanginya? Entahlah.
Kini semuanya tlah berakhir, meskipun aku tak mengerti jalan fikirannya arya. Tetapi aku yakin, dihati kecilnya arya meskipun sedikit saja, dia masih menyisihkan tempat untukku dihatinya dan menyimpan namaku dihati kecilnya.. begitupun aku, meskipun aku sudah mempunyai seorang kekasih , dan dialah yang membuatku menyadari. Menunggu itu tidak enak, apalagi orang yang kita tunggu gak pernah mencoba untuk meraih kita.sungguh menyakitkan. Mungkin arya sama sepertiku, menjalani semuanya tetapi tidak apa yang dia inginkan.
***

Tiba-tiba saja ponselku bergetar ternyata tlp masuk .
“halo?natasya?Sya, hari ini arya mau pulang.”
“pulang?” ternyata sms itu berasal dari sari yang juga teman baikku
“iya pulang, padahal dia baru sebentar di jakarta. Malah belom sempet kangen-kangenan kan sama lo? Eh tapi gak deh lo berdua kan udah sama-sama punya pacar. Tapi gue sih yakin pasti lo berdua masi saling ngarepin iya kan?”
“gak usah nyindir gitu deh sar.”
“haha.. iya maaf” sari tertawa pelan
“oh iya , lo tlp gue Cuma mau ngasi tau kalo dia pulang?’’
“yaa.. gue sedih banget dia hars pulang dan katanya gak akan balik lagi.”
Deeegggg........... tiba-tiba saja air mataku mulai jatuh perlahan setelah mendengar kabar itu dadaku terasa sesak dan saat ini sulit untuk bernafas
“syaa?” panggilnya
“natasya? Lo gak apa-apa kan? Diem aja?”
‘’eh iya sorry apa tadi yang lo bilang, gue gak denger.”
“arya mau pindah dan tinggal di lampung selama 3 tahun. Dia gak akan balik lagi dan pastinya rumahnya yang disini mau di kontrakin.”
“apa?”
“iya bener, eh udah dulu yaa byee..
Sari mengakhiri percakapannya , aku tak mengerti dengan semua ini.. lagi-lagi arya pergi dan ninggalin aku untuk kedua kalinya, tapi ini berbeda dia gak akan kembali. Ini semua tak mungkin. Ku putar lagu pasto aku pasti kembali, dan lagu itu yang menjadi lagu kita berdua dulu. Teringat aku dan arya sering menyanyikan lagu itu berdua.. di pekarangan sekolah sambil memainkan gitar
Reff : aku hanya pergi tuk sementara..
bukan tuk meninggalkanmu selamanya..
aku pasti kan kembali, pada dirimu.. tapi kau jangan nakal, aku pasti kembali..
aku pasti kembali.........
***

Pukul 06.00 pagi,
Aku terbangun dari tidurku, aku tak bisa berhenti menangis tadi malam, mungkin sebabnya mataku sembab dan layu seperti ini. aku tak mengerti mengapa aku menangisinya. Aku tak mengerti apa yang ku tangisi. Cintanya? Ataukah karna arya yang ingin pergi? Entahlah..aku tak mengerti..Seharusnya aku seneng arya pergi dan gak akan kembali lagi, tapi apa nyatanya? Aku malah seperti ini, seharusnya aku sadar aku sudah mempunyai seseorang kekasih begitupun arya.... Aku juga tak mengerti perasaanku gelisah tadi malam, tadi malam aku juga melihat arya tapi aku , aku tak ingat dia ada di mimpiku? Atau dia datang tadi malam. Yang ku ingat dia datang memakai baju putih dan dia tersenyum padaku, dia memegang tanganku dan berbisik. Jangan sedih, karna arya akan selalu ada dihati kamu. Dan kamu selalu ada di hati arya.. mungkin arya gak akan pernah kembali.
Dret..dret.. hp ku berdering, ternyata ada tlp dari eza aku pun cepat-cepat mengangkatnya..
“sya, udah bangun??’’
“ada apa?gue baru aja bangun.”
“lo udah tau kan arya pergi?”
“iya , gue udah tau dari sari dia yang ngasih tau gue kemaren malem.”
“suara lo kenapa?”
Mungkin suaraku begini adalah efek tangisanku tadi malam , aku tak bisa tidur.. hanya arya yang aku fikirkan tadi malam.
“hah? Suara gue? Gpp, gue lagi sakit tenggorokan biasalah radang.
“bohong, lo pasti abis nangis ya?”
“enggak.” Aku memang berbohong sama eza, karna aku tak ingin kawatir.
“ada apa tlp gue pagi-bagi begini? Tumben?’
“iya, gawat sya penting gawat. Arya barusan aja masuk rumah sakit.”
“apaaa?” aku tersentak kaget dan mataku kini sudah tak mengantuk lagi
“iya udeh lo cepetan mandi. Cepet nanti lo gue anter kerumah sakit gue jemput.”
Aku segera mengakhiri tlp, aku bergegas untuk mandi. Dan setelah aku selesai mandi, dan siap untuk berangkat , tiba-tiba saja terdengar bunyi motor depan pagar rumahku, ku lihat dari jendela ternyata itu eza, aku cepat keluar dan pamit tidak sempet sarapan pagi
“za, ceritain ke gue plis.”
“udah cepet naik , nanti gue ceritaiin di jalan.”
Aku segera naik dan meninggalkan rumah. Aku pergi dengan hati yang cemas, selama di perjalanan aku hanya diam dan diam.
‘’sya, jangan diem aja .”
“jelas aja gue diem.”
‘‘ini adalah bukti kalo lo masih sayang banget sama arya, iya kan?”
“gak. Gue Cuma khawatir” kataku ngeles
“Khawatir? Kalo lo Cuma kawatir, gak akan lo mau pagi-pagi kaya gini disuru kerumah sakit buat liat keadaan arya, padahal lo sendiri udah punya cowok. Tapi lo sendiri malah ngawatirin arya di banding cowok lo”
“jelasin ke gue kenapa arya?”
Hening........ aku tak mengerti kenapa suasana menjadi hening.. keadaan pagi yang dingin ini menusuk tubuhku
“eza?’’ panggilku
“eza, arya kenapa?’’ panggilku sekali lagi cemas
“dia... dia.. “
“dia? Dia kenapa zaa.”
Eza tak juga menjawabnya, setelah setengah jam di perjalanan, tak terasa kita sudah sampai dirumah sakit. Setelah eza memarkirkan motornya, aku dan eza langsung pergi menuju ruang kamar tempat arya dirawat. Aku dan eza melihat teman-temanku sudah rame dan berkumpul di ruang kamar arya, aku tak mngerti mereka semua menangis sampai isek-isekan. Apa yang terjadi? Aku tak mengerti . tiba-tiba saja ditengah kerumunan mereka yang sedang menangis, aku melihat seseorang memakai baju putih keluar dari arah pintu kamar rumah sakit tempat arya dirawat. Aku diam dan tak menghampiri seseorang itu. Ku lihat eza sudah tidak ada disampingku. Aku seperti mengenalnya, wajahnya pucat, lesu, dan dia tersenyum kepadaku. Dia itu arya? Apa dia itu arya? Dia tersenyum padaku? Tapi aku heran mengapa mereka semua masih menangis? Sedangkan arya? Dia baru saja kluar dari arah pintu dan tersenyum padaku.... tiba-tiba saja saat aku ingin menghampiri seseorang itu, seseorang itu hilang? Hilaaaang????? Iya, tiba-tiba saja hilang. Aku tak mengerti kemana bayangan itu pergi.
“natasyaaaa..... “ tiba-tiba ici menghampiriku dan memelukku
“ada apa? kok lo nangis?” tanyaku heran, ici masih saja menangis di pelukanku
“arya syaaa... arya.....gue gk percaya dengan semua ini, padahal waktu kemaren kita abis ngmpul bareng.. gue gsk percaya!”
“arya kenapa? Dia baik-baik ajakan? Barusan gue liat dia keluar kamar dan dia senyum sama gue, tapi anehnya dia langsung pergi dan hilang gitu aja pas gue mau nyamperin dia.. yaa.. barusan .” kataku polos tak mengerti
“apa? “ ici menatapku
“iya seius gue gak boong tuh barusan dia kesana” aku menunjukkan ke arah bayangan itu pergi
“arya itu udah gak ada natasya, dia pergi ninggalin kita semua.. bukan untuk pergi dan tinggal di lampung, tetapi dia pergi untuk selamanya.”
“gue gak ngerti, jelas-jelas gue barusan liat dia.”
“ikut gue,” di tariknya tanganku masuk ruang kamar arya
“lihat,dia udah gak ada, gue gak sanggup dengan semua ini.”
“aryaaaaa... aku menghampiri arya yang terbaring lemas dan kaku, juga pucat dan tangannya begitu dingin.”
“arya, bilang ke gue kalo ini gak bener. Aryaaa buka mata lo, bilang kalo ini gak bener. Kenapa lo gak mau buka mata lo , aryaaa plis.” Aku tak bisa menahan tangis
“arya, plissss arya gue mohon, jangan ninggalin natasya dengan cara seperti ini natasya gamau ditinggal arya, natasya sayang banget sama arya. Arya bilang, kalo ini bohong, tangan arya dingin banget, arya sakit? Arya kedinginan? Tadi arya baru aja senyum ke natasya aryaaa bangun.”
Saat itu aku tak bisa menahan tangis, tangan arya saat itu dingin banget semua itu bisa ku rasakan. Tetapi dokter langsung membawanya, ku lihat terakhir kali arya tersenyum padaku, ini mimpi? Katakan ini mimpi padaku.
“natasya?’’ seseorang menarik tanganku, entah itu siapa dia langsung memelukku
“ikhlasin dia natasya, dia udah gak ada jangan menangis terus, ikhlasin dia.”
Aku tak bisa menahan tangis, aku sekarang rapuh, aku tak bisa apa-apa dengan kenyataan pahit ini. batinku
“ikhlasin dia natasya, ini semua demi kebaikannya.” Aku masih terhanyut dalam susana dan juga didalam pelukan seseorang itu, ketika aku membuka mata ternyata seseorang itu adalah aka, pacarku yang juga ada disana.. menyaksikan itu semua
“ayok kita keluar, aka jelasin semuanya.”
Teman-temanku masih saja menangis, dan juga ku lihat eza sepertinya dia juga sangat terpukul. Aku mengerti perasaan eza, dan juga teman-temanku semuanya.
Ternyata, aka membawaku ke kursi taman belakang rumah sakit.
“aka udah denger semuanya sayang.”
“maafin natasya, maafin natasya.” Kataku pelan
“gk usah minta maaf, justru aka yang minta maaf sama kamu. Mungkin kalo kamu denger ini semua kamu nantinya bakalan benci dan marah sama aka, pacar kamu.”
“kenapa kamu ngomong gitu?” tanyaku tak mengerti
“kamu tau? Kamu ingat 6 bulan yang lalu pas arya pergi ninggalin kamu tanpa pamit?”
“iya aku ingat?”
“dia itu pergi ninggalin kamu karna dia sakit, bukan karna dia sekolah di pesantren juga. Dia Cuma nyari alesan yang masuk akal.Selama itu dia pergi untuk berobat kesana-sini. Tapi itu semua gagal. Pengobatan itu sempat berhasil, tetapi tidak berlangsung lama.”
Hening..... aka melanjutkan ceritanya
“selama dia pergi untuk tinggal di lampung, dia bilang kalo dia pindah ke pesantren.. padahal tidak sayang.. dia pergi bersama orang tuanya untuk berobat. Dia punya penyakit jantung. Kemaren pas kamu main sama dia sama teman-teman kamu ,mungkin saat itu keadaan arya sudah pulih tetapi , arya drop dan harus pulang dan pindah ke lampung selama 3 tahun untuk menjalani pengobatan. Orang tuanya arya terpaksa pindah kesana, karna tidak mungkin bolak-balik dengan kondisi arya seperti itu lampung-jakarta itu lumayan jauh.”
“selamaya 6 bulan, arya menitipkan kamu ke aku. Karna aku sahabat baik arya sejak kecil. Hanya aku yang tau tentang penyakitnya,selain keluarganya sel. Maafkan aku, natasya... seharusnya dari awal aku jujur sama kamu. Pas kita jadian tanggal 26 kemarin, arya mengetahui kabar itu. Awalnya aku gak enak sama dia, tapi aku bener-bener sayang dan tulus sama kamu itu semua aku lakuin untuk ngejagain kamu. Pas arya tau kita jadian, dia pesen sama aku , supaya kamu suatu saat nanti dia udah gak ada, kamu harus bisa ngikhlasin dia. Ini semua demi kebaikannya natasya.ini semua udah ada yang ngatur”
“Tadi aku juga menemaninya sbelum ajal menjemputnya. Dia berpesan padaku sayang, katanya dia minta maaf sama kamu dan teman-teman kamu juga. Karna dia gak mau buat kamu sedih juga semuanya. Tadi aku juga udah cerita ke semua teman-teman kamu dan tadi aku suruh eza jemput kamu. Maafin aku terlambat ngasih tau kamu.”
Tangisku semakin tak terkendali, aku tk bisa menahan semuanyaa.... ini semua telah berakhir, dan akupun kini harus membuka hatiku untuk orang lain
“ aku gak marah sama kamu, aku juga ngerti kalo misalnya aku ada di posisi kamu saat itu. Aku ikhlasin , walaupun aku masih sakit dan sangat terpukul.”
“ya, seharusnya kamu bersikap seperti itu sayang, itu semua udah tuhan yang atur. Kita sebagai umatnya hanya bisa sabar, ikhlas, dan menerima.”


Tuhan... jika ini semua sudah menjadi jalan takdirku,aku ikhlas Tuhan...
Tabahkan aku , berilah tempat yang nyaman disana buat Arya Tuhan...
Sayangi dia, dan meskipun Arya sudah tidak ada di dunia ini. tapi aku masih tetap menyayanginya... sampai nanti ku menutup mata...

SELESAI . . . .


@DheggCuegg

Sumber Of  @Putri ayu pasundan


Mr. Ice Cream -Cerpen-

Ini sudah mangkuk es krim kedua yang aku lahap malam itu, tak peduli aku sudah dua jam duduk di kedai ini. Pelayan tua kedai itu kadang sesekali memalingkan tatapannya dari Koran pagi harinya kearah ku. Mungkin dia pikir aku kurang waras, di cuaca sedingin ini dan sedang hujan deras diluar sana, ada gadis yang masih menikmati es krim sampai mangkuk kedua, tenang saja pak tua gumam ku dalam hati mungkin akan ada mangkuk yang ketiga, keempat, kelima dan seterusnya. Aku tak peduli.

Hap, sendok demi sendok aku nikmati, tatapanku hanya menatap kosong pada suatu titik sembarang di sudut kedai itu. kenangan demi kenangan aku putar di pelupuk mataku, seperti komedi putar yang sedang memutar scene demi scene. Membuat hati ini campur aduk dan sedikit sesak. Me-rewind semua rutinitas gila makan es krim ini dari mana asalnya, kalo bukan dari dirinya.
***

3 tahun yang lalu. Di kedai es krim yang sama

Wajahnya yang sedikit pucat dan tirus, rambut nya yang agak panjang, sedikit berantakan, dia tersenyum menatap ku penasaran, menunggu pendapatku tentang rasa es krim yang barusan aku cicipi.

“Gimana?” tatapnya penasaran, air mukanya mulai serius melihat ekspresiku yang mengerutkan dahi seperti ada yang salah dengan es krim yang kumakan.

“Tunggu!” jawabku sambil memutar mata seolah berfikir serius mendikripsikan Sesuatu yang sedang lumer dilidahku, lalu ku coba sesendok lagi, sok-sokan lagaku seperti tester sejati.

“Enaak !!” Seru ku.

Dia tersenyum kecil dan menjewer pipiku, protes melihat ekspresi ku yang menipu. Aku lantas mengerenyit sambil mengusap pipiku yang dijewernya.

Ya, Dialah Keylan. Key dan Aku pertama kali bertemu di laboratorium praktikum kimia dasar, Dia yang mengembalikan modul praktikumku yang tertinggal di laboratorium. Disitulah kami berkenalan, dia sebenarnya seniorku di kampus, usianya terpaut dua tahun lebih tua dari umurku.

Key mengambil cuti selama satu tahun di awal perkuliahan oleh sebab itu ia sering meminjam buku catatanku untuk mengejar ketinggalannya. Sebagai imbalan nya Key sering mentaktirku es krim. Berawal dari sebuah catatan dan secorong es krim di kantin kampus-lah pertemanan kami semakin akrab.

Key dan aku adalah sosok manusia yang mempunyai hobi yang bisa dibilang terbalik, Key adalah cowok dengan hobi membuat cake atau makanan manis. Sedangkan aku adalah cewek dengan hobi nonton sepak bola dan nonton serial kartun Kapten Tsubatsa. Terbalik bukan?

Mr. ice cream adalah panggilanku untuknya. Cowok berbadan kurus dan tinggi ini bisa di bilang addicted dengan es krim seperti sesuatu yang tak bisa di pisahkan. Karena hobi dan mimpinya ingin mempunyai usaha di bidang kuliner itu, Key mengambil Cooking Class khusus membuat pastry. Key termasuk golongan cowok yang cool dan tak banyak bicara, Terkadang Key tidak bisa ditebak serta penuh kejutan.

Sore itu, Key dengan sengaja menculikku dari kampus, Key mengajakku berkunjung ke kedai es krim yang konon katanya sudah ada sejak jaman kolonial belanda. dan aku percaya itu, karena bangunan kedai itu sudah tua, interior kedai itu pun terlihat seperti di museum–mesueum sejarah, seperti meja kasir dan pintu yang sedikit tinggi terbuat dari kayu oak yang berpelitur, mesin kasir nya pun antik dengan type model tua, disisi sebelah kiri kedai terdapat roti-roti yang masih hangat terpajang dalam etalase tua, Demikian juga alat penimbangan kue yang sudah tua, bahkan pelayan nya pun tak ada yang muda, semua tua.

Key bercerita sambil menerawang kearah langit-langit, kalo dia sering makan es krim disini ketika masih kecil bersama ibunya. Ia menceritakan kesukaannya terhadap tempat ini dan kegemaran nya makan es krim, alasan dirinya suka sekali makan es krim karena ibunya pernah mengatakan bahwa makanan yang manis itu bisa mengobati patah hati dan bad mood.

Aku hanya menatap wajahnya yang masih sedikit pucat dan mendengarkannya dengan setia karena antusias dengan apa yang ia lakukaan atau ia ceritakan.

“Semua orang hampir menyukai es krim bukan?” dia menatap ku lagi. Sialnya aku tertangkap mata karena menatapnya lamat-lamat, aku memalingkan wajah dan menyibukan diri dengan mengambil roti tanpa isi dan ku jejali roti itu dengan es krim tutti fruiti-ku.

“Termasuk kamu yang rakus, makan es krim sama roti” protes nya sambil tertawa kecil melihat kelakuanku melahap roti isi es krim.

“ini Enaaak, coba deh Key” sambil menyodorkan roti isi eskrim kepadanya sebagai upaya mengkamufalse salah tingkahku barusan. Key lantas mencoba mengunyahnya dengan lahap, lalu tersenyum lagi tanda setuju kalo itu kombinasi yang enak.

“yeee, enak kan, sekarang Key ketularan rakus” aku tertawa puas. Dan key menjewer pipiku lagi. Kami pun kembali tertawa riang.

Mungkin, para pengunjung di kedai itu, melihat Aku dan Key seolah pasangan kekasih romantis, yang sedang bersenda gurau. Tapi mereka salah besar. Kami tidak pacaran, tepatnya key punya pacar. Key berpacaran dengan Amerina. Mengenai Key dan Amerina aku tak tahu banyak karena Key jarang sekali bercerita tentang hubungan mereka, setahuku mereka menjalin pertemanan semenjak mereka duduk di bangku SMA, lalu mereka saling menyukai dan berpacaran, Amerina adalah gadis cantik, anggun, smart dan terlihat kalem, menurutku Amerina seperti Key versi cewek. Hanya itu yang ku tahu.

“Pulang yuk ran, nanti ketinggalan jadwal nonton Tsubatsa ” ajak Key kepadaku sekaligus mengingatkan.

“Iya, hampir lupa..ayook” jawabku sambil beranjak dari kursi. Mengikuti punggung Key yang sudah berjalan terlebih dahulu meninggalkan kedai itu.
***

2 Tahun yang lalu. Di kedai es krim yang sama.

Key tersenyum simpul penuh arti dan terlihat lebih menarik dengan kemeja abu-abu bermotif kotak-kotaknya kali ini rambutnya terikat rapih.

“Ta daaaa, Happy Birth Day” Key menyodorkan sesuatu. Aku diam terpaku tak menyangka. Sebuah surprise !!

Malam itu di hari ke lima belas di bulan September, Key membuatkanku kue ulang tahun dengan motif bola dengan dominasi warna biru dan putih, seperti warna club kesukaanku, Chelsea. Lengkap dengan tulisan “Happy Birth Day Rana” diatas kepingan cokelat putih yang membuat kue itu semakin cantik dan tak lupa lilin dengan angka kembar dua-puluh-dua.

“Jangan lupa berdoa dan make wish ya” Key tersenyum Simpul lagi.

Aku meniup lilin angka kembar itu, dan memejamkan mata dalam dua detik membuat permohonan. Kami merayakannya hanya berdua saja. Menikmati kue tart buatan Key dan es Krim tentunya.

“Rio, belum telepon juga?” Key bertanya singkat.

Rio? Kenapa Key nanya Rio lagi sih?. Aku hanya menggeleng. Singkat cerita, Rio adalah pacarku. tepatnya seminggu yang lalu, jadi sekarang dia sudah menyandang gelar mantan pacar. Rio dan Aku bertahan pacaran hanya lima bulan saja. Kami menjalani hubungan LDR alias Long Damn Realtionship, atau pacaran jarak jauh, Akhir-akhir ini komunikasi kami mulai terasa tidak lancar. Ditambah Rio yang tidak pernah suka dengan hobiku yang menyukai sepak bola. Terkadang itu menjadi bahan pertengkararan kami. Pada akhirnya kami memutuskan hubungan secara baik-baik. Tak ada yang harus di pertahankan.

“Sudah, jangan sedih. Mungkin dia sibuk” ujarnya seraya menghiburku.

Puh, tak ada telepon pun tak masalah bagiku, lalu ku hanya diam dan menikmati es krim dan kuenya lagi.

“yang penting…” Ujar Key. Hening sejenak. Aku menunggu Key melanjutkan kalimatnya. “ Ayah dan Adik, sudah telepon” lanjutnya sambil tersenyum.

Aku mendongak, menatapnya lekat-lekat lalu membalas senyumannya “Tentu saja, itu yang penting” timpalku kepadanya. Kamu juga penting Key.

Key selalu peduli dan selalu mencoba menghiburku. Seorang teman yang selalu ada untukku, diberikan surprise seperti ini adalah pertama kali dalam hidupku, ada orang lain di luar anggota keluargaku yang membuat perayaan spesial seperti ini khusus untukku hanya seorang teman seperti Key yang melakukannya. Teman? Lalu bagaimana dengan Amerina? Apakah dia melakukan hal yang sama kepadanya?

Pertanyaan-pertanyaan ini tiba-tiba muncul di kepalaku, Mengapa aku ingin tahu detail bagaimana Key memperlakukan Amerina? Bukan kah sebelumnya aku tak pernah peduli?

“Barusan make a wish apa?” Pertanyaan Key membangunkan ku dari lamunan akibat pertanyaan–pertayaan aneh yang bermunculan dari kepalaku.

“Rahasia” Aku menjawab spontan. Lalu memasang muka jahil.

“Pelit” Key pura-pura ngambek.

“Anyway Key, thank a lot, you’re my best” Aku tersenyum. aku bahagia malam ini.

“Any time, Ran” balas Key. Tersenyum simpul.

Malam itu diumur ku yang bertambah, Aku menyadari seorang duduk dihadapanku seperti sebuah es krim yang dalam diamnya terlihat cool, dalam senyumnya terasa manis, dan dalam katanya terdengar lembut. Dia yang membuatku menyadari sesuatu itu ada, tetapi sesuatu yang tak bisa aku jelaskan, tak bisa aku hitung dengan rumus matematika, dan tak bisa aku urai seperti senyawa kimia, dan sesuatu itu tidak hanya ada, tetapi hidup dan berdetak, dan kadang membuat dada ini sesak.
***

Segerombolan awan hitam, tak hentinya menumpahkan air kebumi, menadakan besarnya kerinduan langit pada bumi. Debu-debu yang menempel di jalanan dan gedung tua pun ikut terhanyut olehnya, membuahkan aroma tanah yang menyaingi aroma roti yang baru keluar dari pemanggangan sore itu. Kedai itu tak berubah sedikitpun, semua interiornya tetap tua di makan usia.

Dua jam yang lalu, aku dan Key duduk bersama di kedai ini, wajahnya sudah tak sepucat dan setirus dulu, rambut nya pun tak seberantakan dan sepanjang satu tahun yang lalu, Key terlihat baik-baik saja bukan?, Namun tak ada sedikit pun senyum didalam air muka Key, Dia bersikap dingin, sedingin es krim di mangkuk dan cuaca di luar sana.

“Kenapa gak ada kabar ran?” Key menatapku serius. Nada suaranya dingin.

Aku tak sanggup memandang key, hanya tertunduk dan diam, lidah ini kelu untuk berucap memberi alasan yang sebenarnya.

“Aku sibuk Key” Aku berbohong. “Maaf Key, aku memang keterlaluan” ucapku sekali lagi. Menahan air mata yang nyaris keluar.

Setelah mendengar kata maaf itu Key langsung mehenyakan punggungnya kesandaran kursi, seperti tak percaya hanya mendengar kata maaf dari seorang sahabat yang hanya pamitan lewat sms dan setahun kemudian tak ada kabar sedikitpun seperti menghilang di telan bumi. Aku tahu Key pasti marah hebat kepadaku, tapi semenjak perasaan ini makin menguasai, persahabatanku dengan Key terasa bias, tepatnya hanya aku yang merasa bias, aku tak kuasa lagi mempertahankan kepura-puraanku di depan Key yang selalu bersikap baik kepadaku. Karena dengan sikap Key yang seperti itu, mahluk yang bernama perasaan ini seperti di beri pupuk, dan akan terus tumbuh, walau aku susah payah memangkas nya tapi ini akan terus tumbuh tak terkendali dan akan terus membuatku merasa bahagia dan sakit dalam waktu yang bersamaan. Maka ketika kesempatan bekerja di luar kota itu datang aku tak menyiakan nya.

“Tapi kau baik-baik saja kan?” Ucap nya tenang.

Aku mendongak, menatapnya lekat-lekat. Air mataku hampir jatuh. Aku tak boleh menangis di depan nya, ini hanya akan membuatnya semakin cemas. Mulutku kembali terbuka, namun tak bersuara, lalu aku mengangguk. Kembali menunduk. aku tahu perasaan Key sekarang campur aduk antara marah dan cemas namun Key selalu baik dan memaafkanku yang bertindak bodoh.

“Lalu bagaimana denganmu Key?” ucapku terbata.

Key tak menjawab, dia mentapku lekat-lekat, mungkin sikapku terlihat aneh dan membingungkan bagi Key sehingga membuat penasaran, terlihat dari raut wajahnya sepertinya ia ingin menumpahkan beribu-ribu pertanyaan atas sikapku ini. Namun Key menyerah, dia menghenyakan kembali punggungnya kesandaran kursi. Sedikit demi sedikit suasana diantara kami pun mencair, seperti es krim di mangkuk ini pun mencair.
***

Layaknya langit, aku pun sama, duduk berjam-jam disini sedang menumpahkan kerinduan pada kedai ini, kerinduan pada Es krim, kerinduan pada Key. Scene potongan kejadian di pelupuk mataku sudah habis kuputar, kini aku mengembalikan fokus pandanganku tertuju ke suatu benda di atas meja, benda yg sedikit tebal dari kertas, berwarna merah, pemberian Key dua jam yang lalu.

Entahlah sudah berapuluh kali aku membolak balik benda itu, dan entahlah lah sudah berapa kali hati ini merasa terbolak balik karena melihat isinya. Sebagai teman ini adalah kabar baik untukku, namun sebagai orang yang sedang tertimpa perasaan aneh ini adalah kabar buruk bagiku. Lalu dimana aku harus menempatkan diriku sendiri?

Butuh setahun aku men-sinkronisasi-kan antara hati dan logika ini untuk mendapatkan jawabnya, di mangkuk es krim yang ketiga ini aku baru dapat pemahamanya, bahwa tak pernah ada yang berubah dari sikap Key kepadaku, dia selalu ada untukku, melindungiku, menyangiku sebagai sahabatnya. Aku-lah yang terlalu egois, tak mau ambil tindakan serta resiko untuk menyatakan nya dan malah pergi menghilang darinya yang hanya membuat Key terluka.

Hujan sudah reda diluar sana, nampaknya langit sudah puas menyatakan kerinduanya pada bumi, aku lantas beranjak dari kursi kedai itu, menuju meja kasir yang tinggi, pelayan tua itu menatapku lalu tersenyum megucapkan terimakasih, aku hanya membalas senyum sekedarnya. Perasaanku masih campur aduk dan terasa sesak.

Aku melangkah gontai keluar kedai, berjalan menuju Statsiun hendak meninggalkan kota ini, dan aku berjanji, minggu depan aku kan datang lagi ke kota ini, menjadi saksi ucapan janji abadi sehidup semati antara Key dan Amerina. aku akan hadapi semuanya, lari dari kenyataan adalah tidakan bodoh, bahwasanya sejauh apapun kita pergi, tak akan pernah membantu melupakan orang yang kita sayangi, yang membantu hanyalah sikap menerima kenyataan.

Biarlah aku menelan semua pahit dan sakit nya perasaan ini Key, dan waktu yang akan mencernanya. Karena aku tahu, Rasa sakit ini hanya bersifat sementara, Karena secorong es krim akan menjadi obatnya, bukan?


-The End-

@DheggCuegg

Sumber Of  @Eka Suzie

Tidak ada komentar:

Posting Komentar